KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS
"Burjo dan Jogja"
DISUSUN OLEH :
NAMA : RABIN AFAN
NIM : 15.11.9188
KELAS : S1-TI 10
KELOMPOK : J
ABSTRAK
Dari tahun ke tahun jumlah pendatang yang datang ke jogja
semakin besar begitu pula tidak sedikit pula yang meninggalkan jogja. Yang saya
maksud disini adalah “Usaha Perguruan Tinggi” yang menjamur di kota gudheg,
yang membuat kota gudheg harus rela bebagi tahta dengan kota pelajar sebagai
nama panggilan kota jogja. Dimulai dengan Perguruan Tinggi Nasional seperti UGM
dan UNY, Perguruan Tinggi berorientasi agama seperti UII dan UIN SUKA,
Perguruan Tinggi khusus di bidang Teknologi Informasi seperti STMIK AMIKOM dan
UTY.
Nah, berhubung banyaknya minat para “pembeli” yang tergiur
dengan tawaran dari perguruan tinggi mengakibatkan dari tahun ke tahun semakin
meningkat orang-orang yang datang ke jogja. Dan itu di awasi ketat oleh para AA
yang berasal dari jawa barat untuk berinvestasi warung makan murah yang
terkenal dengan warung Bubur Ijo atau disingkat BURJO.
ISI
JOGJA–Jogja
sebagai Kota Pelajar tak hanya identik dengan angkringan tapi juga warung bubur
kacang ijo alias burjo. Bisnis makanan murah khas pedagang asal Jawa Barat ini
terus mengalir di Jogja. Hingga kini tercatat sekitar 2000-an pedagang burjo di
Kota Gudeg dengan omzet per hari mencapai hingga jutaan rupiah.
gambar. salah satu menu burjo
Era
1990-an keberadaan burjo tak seramai saat ini. Kala itu ekspansi pedagang yang
kebanyakan berasal dari daerah Kuningan, Jawa Barat ini baru dimulai. Namun
kini jumlahnya mencapai ribuan. Bisnis usaha mikro ini eksis berkat kehadiran
mahasiswa yang belajar di Jogja. Burjo yang letaknya strategis di permukiman
mahasiwa, omzet per hari bisa mencapai jutaan rupiah. Kalau letaknya nggak
strategis paling ratusan ribu.
Keberhasilan
para pedagang burjo di Jogja menurutnya tersebar dari mulut ke mulut di
daerahnya di Kuningan, sehingga banyak yang mencoba mengadu nasib ke Jogja.
Para pedagang ini pun kini mulai berjejaring dengan membentuk paguyuban di
antaranya PPKW. Saat ini tercatat sebanyak 300 pedagang burjo sudah tergabung
dalam lembaga itu.
gambar. menyediakan berbagai jenis rasa minumaan
Meski namanya adalah warung burjo alias warung bubur kacang
hijau, namun di tempat mungil nan sederhana ini tersedia puluhan menu khas
kantong mahasiswa dengan rasa yang hampir senada antara warung yang satu dengan
warung lainnya. Kepopuleran warung burjo memang tak perlu dipertanyakan lagi.
Warung yang menghiasi banyak sudut kota gudeg ini seolah tak pernah kehilangan
pesona bagi ratusan atau bahkan ribuan mahasiswa yang hilir mudik ke Jogja
setiap tahunnya. Tempat yang umumnya dilengkapi dengan televisi model jadul
berukuran mini ini tak hanya cocok sebagai tempat kongkow yang murah meriah
namun juga dapat dijadikan alternatif pengusir rasa lapar yang setiap saat
dapat mendera. Semakin dekat dengan lokasi universitas, umumnya semakin banyak
pula lokasi warung burjo yang dapat Anda temui. Salah satu kawasan yang
memiliki beberapa warung burjo adalah area Pogung, yang notebene cukup dekat
dengan lokasi salah satu universitas negeri di Jogja.
gambar. salah satu sisi ruang burjo
Ciri Khas warung burjo ini adalah warna kuning muda serta
daftar menu yang dicetak besar disertai harga tepat di dinding warung. Tidak ada
ornamen mencolok, sangat sederhana dan rapi. Untuk ukuran luas warung, sangat
beragam, dari seukuran rumah biasa sampai yang setingkat restaurant juga ada. Ciri
khas lainnya adalah para pemilik warung burjo yang kebanyakan dari jawa barat,
jadi aksen sunda akan sering anda dengar di warung burjo.
Gambar. menunya dengan nama "nakal"
Selain bubur kacang hijau, tempat ini menawarkan menu nasi
seperti nasi telur, nasi kornet dan nasi sarden. Beragam menu nasi yang
ditawarkan biasanya diberi tambahan berupa oseng-oseng atau tumis tempe dan
kacang panjang. Selain murah, menu nasi di warung burjo terkenal memiliki porsi
yang besar sehingga satu porsi saja Anda pasti sudah kenyang. Tak hanya itu,
tempat andalan jutaan mahasiswa ini juga menawarkan beragam olahan mie instan
yang dinamai cukup jenaka. Ada Indomie Tante alias indomie tanpa telur, intel
goreng, intel rebus, mie dog-dog, mie tek-tek dan masih banyak lagi. Intel
merupakan singkatan sejuta umat yang meiliki arti Indomie telur.
Selain itu, di meja depan warung burjo biasanya disediakan
aneka gorengan murah meriah seperti tempe tepung, bakwan, tahu susur dan olahan
berbahan singkong seperti limpung dan molen. Satu buah gorengan biasanya dijual
500 hingga seribu rupiah saja. Tak hanya menawarkan beragam makanan pengusir
rasa lapar, tempat ini juga menawarkan beragam minuman seperti teh ataupun
jeruk panas ataupun dingin, kopi dan beragam minuman kemasan aneka rasa
lainnya. Dengan 10 ribu rupiah saja Anda sudah dapat mencicipi beberapa menu
khas burjo yang tersohor itu. Menariknya lagi, warung sejuta umat ini
buka setiap saat alias memiliki jam operasionalnya 24 jam non stop. Jadi
kapanpun Anda lapar, warung burjo dapat menjadi salah satu alternatif pengusir
rasa lapar yang murah meriah.
Referensi
0 comments