Friday, March 4, 2016

Burjo Penyambung Nyawa Mahasiswa Jogja

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS
"Burjo dan Jogja"







DISUSUN OLEH :
NAMA : RABIN AFAN
NIM : 15.11.9188
KELAS : S1-TI 10
KELOMPOK : J




ABSTRAK


Dari tahun ke tahun jumlah pendatang yang datang ke jogja semakin besar begitu pula tidak sedikit pula yang meninggalkan jogja. Yang saya maksud disini adalah “Usaha Perguruan Tinggi” yang menjamur di kota gudheg, yang membuat kota gudheg harus rela bebagi tahta dengan kota pelajar sebagai nama panggilan kota jogja. Dimulai dengan Perguruan Tinggi Nasional seperti UGM dan UNY, Perguruan Tinggi berorientasi agama seperti UII dan UIN SUKA, Perguruan Tinggi khusus di bidang Teknologi Informasi seperti STMIK AMIKOM dan UTY.

Nah, berhubung banyaknya minat para “pembeli” yang tergiur dengan tawaran dari perguruan tinggi mengakibatkan dari tahun ke tahun semakin meningkat orang-orang yang datang ke jogja. Dan itu di awasi ketat oleh para AA yang berasal dari jawa barat untuk berinvestasi warung makan murah yang terkenal dengan warung Bubur Ijo atau disingkat BURJO.

ISI


JOGJA–Jogja sebagai Kota Pelajar tak hanya identik dengan angkringan tapi juga warung bubur kacang ijo alias burjo. Bisnis makanan murah khas pedagang asal Jawa Barat ini terus mengalir di Jogja. Hingga kini tercatat sekitar 2000-an pedagang burjo di Kota Gudeg dengan omzet per hari mencapai hingga jutaan rupiah.
gambar. salah satu menu burjo
Era 1990-an keberadaan burjo tak seramai saat ini. Kala itu ekspansi pedagang yang kebanyakan berasal dari daerah Kuningan, Jawa Barat ini baru dimulai. Namun kini jumlahnya mencapai ribuan. Bisnis usaha mikro ini eksis berkat kehadiran mahasiswa yang belajar di Jogja. Burjo yang letaknya strategis di permukiman mahasiwa, omzet per hari bisa mencapai jutaan rupiah. Kalau letaknya nggak strategis paling ratusan ribu.
Keberhasilan para pedagang burjo di Jogja menurutnya tersebar dari mulut ke mulut di daerahnya di Kuningan, sehingga banyak yang mencoba mengadu nasib ke Jogja. Para pedagang ini pun kini mulai berjejaring dengan membentuk paguyuban di antaranya PPKW. Saat ini tercatat sebanyak 300 pedagang burjo sudah tergabung dalam lembaga itu.
gambar. menyediakan berbagai jenis rasa minumaan
Meski namanya adalah warung burjo alias warung bubur kacang hijau, namun di tempat mungil nan sederhana ini tersedia puluhan menu khas kantong mahasiswa dengan rasa yang hampir senada antara warung yang satu dengan warung lainnya. Kepopuleran warung burjo memang tak perlu dipertanyakan lagi. Warung yang menghiasi banyak sudut kota gudeg ini seolah tak pernah kehilangan pesona bagi ratusan atau bahkan ribuan mahasiswa yang hilir mudik ke Jogja setiap tahunnya. Tempat yang umumnya dilengkapi dengan televisi model jadul berukuran mini ini tak hanya cocok sebagai tempat kongkow yang murah meriah namun juga dapat dijadikan alternatif pengusir rasa lapar yang setiap saat dapat mendera. Semakin dekat dengan lokasi universitas, umumnya semakin banyak pula lokasi warung burjo yang dapat Anda temui. Salah satu kawasan yang memiliki beberapa warung burjo adalah area Pogung, yang notebene cukup dekat dengan lokasi salah satu universitas negeri di Jogja.

gambar. salah satu sisi ruang burjo

Ciri Khas warung burjo ini adalah warna kuning muda serta daftar menu yang dicetak besar disertai harga tepat di dinding warung. Tidak ada ornamen mencolok, sangat sederhana dan rapi. Untuk ukuran luas warung, sangat beragam, dari seukuran rumah biasa sampai yang setingkat restaurant juga ada. Ciri khas lainnya adalah para pemilik warung burjo yang kebanyakan dari jawa barat, jadi aksen sunda akan sering anda dengar di warung burjo.

Gambar. menunya dengan nama "nakal"

Selain bubur kacang hijau, tempat ini menawarkan menu nasi seperti nasi telur, nasi kornet dan nasi sarden. Beragam menu nasi yang ditawarkan biasanya diberi tambahan berupa oseng-oseng atau tumis tempe dan kacang panjang. Selain murah, menu nasi di warung burjo terkenal memiliki porsi yang besar sehingga satu porsi saja Anda pasti sudah kenyang. Tak hanya itu, tempat andalan jutaan mahasiswa ini juga menawarkan beragam olahan mie instan yang dinamai cukup jenaka. Ada Indomie Tante alias indomie tanpa telur, intel goreng, intel rebus, mie dog-dog, mie tek-tek dan masih banyak lagi. Intel merupakan singkatan sejuta umat yang meiliki arti Indomie telur.

Selain itu, di meja depan warung burjo biasanya disediakan aneka gorengan murah meriah seperti tempe tepung, bakwan, tahu susur dan olahan berbahan singkong seperti limpung dan molen. Satu buah gorengan biasanya dijual 500 hingga seribu rupiah saja. Tak hanya menawarkan beragam makanan pengusir rasa lapar, tempat ini juga menawarkan beragam minuman seperti teh ataupun jeruk panas ataupun dingin, kopi dan beragam minuman kemasan aneka rasa lainnya. Dengan 10 ribu rupiah saja Anda sudah dapat mencicipi beberapa menu khas burjo yang tersohor itu. Menariknya lagi, warung sejuta umat ini  buka setiap saat alias memiliki jam operasionalnya 24 jam non stop. Jadi kapanpun Anda lapar, warung burjo dapat menjadi salah satu alternatif pengusir rasa lapar yang murah meriah.




Referensi
  1. http://sobatjogja.com/burjo-jogja-tempat-makan-murah-di-jogja/ 
  2. http://yogyakarta.panduanwisata.id/daerah-istimewa-yogyakarta/warung-burjo-tempat-makan-andalan-mahasiswa-jogja/ 



Load disqus comments

0 comments